Aku mau jadi lilin
Yang memberi cahaya dalam kelam
Tetap menyala kala sinar lain tak mampu berpijar
Tapi, aku tak mau jadi sumbu dan parafin
Yang berusaha memberi cahaya, namun lambat laun padam
Ia hanya berusaha menerangi hati orang lain,
Namun lupa untuk menyinari hatinya sendiri
Aku mau jadi pohon
Yang mengakar kokoh dan tak pernah lari dari masalah
Tetap tegar melawan badai, api, atau hujan
Tapi, aku tak mau jadi batang dan dedaunan
Yang cuma bisa bertahan, tetapi tak bisa melawan
Ia tak pernah berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi
Kadang, Aku mau jadi bumi
Ialah tempat semua orang berpijak
Tempat segala kehidupan bersemayam memasrahkan diri dalam siklus yang tak pasti
Tapi, aku tak mau jadi tanah yang diinjak.
Di bumi jua lah tempat segala penderitaan dan kejahatan terjadi
Aku tak sanggup melihat dan merasakan setiap tetesan air mata jatuh ke diriku
Yang paling aku inginkan mungkin menjadi sebuah piano
Dengan alunan indah aku bisa menghibur hati setiap orang
Tempat jari-jari manis meloncat mengekspresikan segala bahasa hati
Tapi, aku tak mau sekedar menjadi kumpulan tuts hitam-putih pada meja kayu
Aku tak berdaya jika tak ada pemain di depanku.
Bagaimana caraku berbunyi? Aku tak mau selalu bergantung pada orang lain
Untuk sejenak aku terhenti,
Mencari benda-benda lain yang ingin aku internalisasi
Hingga aku berhujung pada pencarian yang tak bertepi
Dan kewarasan membawa diriku pada jernihnya cermin tarsah
Aku,
ingin menjadi diri sendiri
Menjadi pribadi yang mampu menerangi hati orang lain, namun tak lupa untuk memberi cahaya bagi diri sendiri
Tetap tegar dengan berbagai cobaan, dan juga mampu meyelesaikan
Menjadi tempat orang berteduh saat hati sedang runyam
Sekaligus menjadi tempat pertama untuk diceritakan pengalaman membahagiakan
Aku,
ingin menjadi diri sendiri
Yang memberi cahaya dalam kelam
Tetap menyala kala sinar lain tak mampu berpijar
Tapi, aku tak mau jadi sumbu dan parafin
Yang berusaha memberi cahaya, namun lambat laun padam
Ia hanya berusaha menerangi hati orang lain,
Namun lupa untuk menyinari hatinya sendiri
Aku mau jadi pohon
Yang mengakar kokoh dan tak pernah lari dari masalah
Tetap tegar melawan badai, api, atau hujan
Tapi, aku tak mau jadi batang dan dedaunan
Yang cuma bisa bertahan, tetapi tak bisa melawan
Ia tak pernah berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi
Kadang, Aku mau jadi bumi
Ialah tempat semua orang berpijak
Tempat segala kehidupan bersemayam memasrahkan diri dalam siklus yang tak pasti
Tapi, aku tak mau jadi tanah yang diinjak.
Di bumi jua lah tempat segala penderitaan dan kejahatan terjadi
Aku tak sanggup melihat dan merasakan setiap tetesan air mata jatuh ke diriku
Yang paling aku inginkan mungkin menjadi sebuah piano
Dengan alunan indah aku bisa menghibur hati setiap orang
Tempat jari-jari manis meloncat mengekspresikan segala bahasa hati
Tapi, aku tak mau sekedar menjadi kumpulan tuts hitam-putih pada meja kayu
Aku tak berdaya jika tak ada pemain di depanku.
Bagaimana caraku berbunyi? Aku tak mau selalu bergantung pada orang lain
Untuk sejenak aku terhenti,
Mencari benda-benda lain yang ingin aku internalisasi
Hingga aku berhujung pada pencarian yang tak bertepi
Dan kewarasan membawa diriku pada jernihnya cermin tarsah
Aku,
ingin menjadi diri sendiri
Menjadi pribadi yang mampu menerangi hati orang lain, namun tak lupa untuk memberi cahaya bagi diri sendiri
Tetap tegar dengan berbagai cobaan, dan juga mampu meyelesaikan
Menjadi tempat orang berteduh saat hati sedang runyam
Sekaligus menjadi tempat pertama untuk diceritakan pengalaman membahagiakan
Aku,
ingin menjadi diri sendiri
disadur dari catatan-catatan puisi ketika SMP
entah berapa tahun yang lalu
Lilin, Pohon, Bumi, Piano
Reviewed by regismachdy
on
May 06, 2013
Rating:
2 comments:
Aihh.. puisi ini..aku suka banget ama tulisan yang satu ini..hihii bagus dan sangat lugas..penggambarannya juga pas :P
Terimakasih Mbak Anjar :)
Post a Comment