“Sweden is running a problem you don’t hear
about everyday: it doesn’t have enough trash”
Pada
25 April 2013, PPI Swedia berkesempatan untuk mengunjungi salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang pengolahan sampah di kota Göteborg. Perusahaan tersebut
adalah Renova Sävenäs yang berlokasi di Lemmingsgatan. Kunjungan
PPI Swedia ke Renova dilandasi curiousity
pelajar Indonesia mengenai cara Swedia mengelola sampah dan mendapatkan keuntungan
darinya, dan juga berangkat dari kegelisahan akan permasalahan sampah yang terus
menggunung setiap harinya.
Tur
Renova saat itu dipandu oleh seorang lelaki
paruh baya bernama Kurt. Ia mengajak rekan-rekan PPI Swedia masuk ke sebuah ruang
kaca yang merupakan tempat “persinggahan” pertama sampah-sampah. Di ruang kaca tersebut,
sampah-sampah telah terpilah menjadi beberapa kelompok. Tidak sesederhana pengetahuan kita seperti
tiga macam tong sampah yang ada di Indonesia (plastik, kertas, dan sampah basah),
atau lebih sederhana lagi hanya dua tempat sampah (organik dan anorganik). secara
kasat mata, dapat terlihat kurang lebih 14 jenis wadah berbeda untuk setiap jenis
sampah. Jenis-jenis sampah tersebut adalah:
kardus, koran, kertas perkantoran, plastik, makanan, metal, kantong belanja,
botol kaca, tiga jenis bohlam di tiga tempat terpisah, alat elektronik, dan baterai.
Sampah-sampah tersebut terpisah menjadi banyak jenis karena tiap sampah
membutuhkan proses pegolahan yang berbeda dan menghasilkan output yang berbeda pula. Sebagai contoh: Baterai bisa diolah menjadi
tujuh bahan kimia yang berbeda melalui serangkaian proses, sedangkan sampah rumah
tangga yang bersifat organik, 100% akan diolah menjadi pupuk dan diberikan kepada
petani.
Ada dua alasan Renova menggunakan ruang kaca untuk menampung berbagai jenis sampah tersebut. Alasan pertama adalah agar terdapat cahaya matahari yang masuk, alasan kedua adalah faktor sosial,
yakni agar para pekerja tidak merasa teorisolir dalam ruang tempat menampung sampah.
Dalam
ruangan tersebut, Kurt sempat bertanya ”apa itu sampah?”
Dengan
pengetahuan yang minim mengenai sampah, rekan-rekan PPI Swedia menjawab bahwa sampah
adalah benda yang tidak berguna. Kurt merespon jawaban tersebut dengan mengambil sebuah bungkus makanan yang tidak terpakai. Ia berkata bahwa sampah adalah ketika sebuah benda sudah tidak diinginkan lagi oleh orang yang memilikinya. Sebuah benda remsi menjadi sampah ketika seseorang memasukan benda tersebut ke dalam tong sampah. Sedangkan ketika di alam terbuka, atau di pinggir jalan, dan seseorang memiliki bungkus plastik yang tidak terpakai. Maka bungkus plastik itu
bukanlah sampah.
Bungkus plastik tersebut adalah tanggung jawab dari si pemilik. Bungkus
plastik akan menjadi sampah ketika ia menaruh benda tersebut ke tong sampah. Dan setelah itu, bungkus plastik akan
jadi hak
milik pemerintah untuk diolah. Sehingga seharusnya tidak ada yang berhak membuang benda sembarangan ke pinggir jalan karena benda tersebut bukanlah sampah.
Kurt juga menjelaskan bahwa di Swedia terdapat lima kategori perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan sampah. Renova hanyalah salah satu diantaranya yang bergerak dalam bidang solid waste (dengan ke-14 jenis sampah yang telah saya sebutkan sebelumnya). Perusahaan lain fokus pada kategori sampah yang berbeda seperti
liquid waste dan sampah toilet.
Dari
ruang kaca tersebut, selanjutnya Kurt mengajak rekan-rekan PPI Swedia ke dalam
sebuah aula untuk memberikan presentasi mengenai sistem pengelolaan sampah di
Renova. Bagaimana pembakaran sampah dengan
800o celcius menghasilkan energi, bagaimana limbah air diolah kembali
menjadi jernih. Bagaimana membersihkan uap air hasil pembakaran, bagaimana mengelola
sulfur hasil proses pengolahan sampah gypsum dan proses lainnya
Gambar 1. Kurt memberi penjelasan tentang pemilahan sampah |
Gambar 2. Sistem seluruh mesin pengolahan sampah di Renova |
Kurang lebih,
segala macam mesin yang digunakan oleh Renova terdapat gambar 2.
Kurt menjelaskan bagaimana
Renova mengolah berbagai jenis sampah tersebut menjadi tiga outcome yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Swedia.
1) Outcome pertama adalah agriculture bio fertilizer atau dalam bahasa sederhananya, pupuk. Dihasilkan dari limbah-limbah organik rumah tangga.
2) Outcome kedua adalah industry raw material, yaitu bahan-bahan hasil daur ulang seperti kardus, plastik, dan kertas yang telah diolah menjadi bahan setengah jadi dan bisa digunakan untuk produksi ulang
3) dan outcome ketiga adalah energi yang digunakan sebagai sumber electricity di kota, pemanas ruangan, dan juga pemanas air. outcome ketiga didapatkan dari proses pembakaran sampah-sampah campuran.
Renova yang setiap tahunnya mendapatkan
8.000 ton sampah menghasilkan
1500 gigawatt hour (GWH)
panas
yang menyumbang 30% energy heating
untuk distrik Göteborg dan juga menghasilkan
270 GWH electricity yang menutupi
5% kebutuhan listrik kota. Renovapun menyimpan
kubik-kubik sampah sebagai cadangan saat musim
dingin. Satu meter kubik sampah setara dengan 800kg.
Setelah
presentasi dari Kurt selesai, penulis yang berlatar belakang dari bidang sosial
yakni psikologi hanya bisa takjub dan tercengan melihat semua proses tersebut. Dalam sesi Tanya jawab, penulis penasaran tentang bagaimana masyarakat swedia begitu terdidik dan sadar akan kondisi lingkungan sehingga dengan tertib telah memisahkan sampah. Kurt menjawab bahwa hal tersebut sebenarnya bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan pemerintah yang sangat kuat dan benar-benar serius peduli terhadap masalah sampah ini. Pemerintah Swedia telah memulai mengkampanyekan pemilihan sampah sejak tahun 1980. Salah satu mahasiswa Indonesia yang mengambil studi doktoral dalam manajemen persampahan juga mengatakan bahwa pemerintah swedia telah lama bergerak dan mensosialisasikan hal ini. Pengolahan sampahpun juga masuk dalam kurikulum sekolah.
Sehingga hasilnya,
sekarang, di setiap rumah dan perkantoran. Semua sampah telah terpisah.
Tur renova diakhiri dengan masuk ke dalam pabrik menggunakan seragam seperti di gambar 3. Rekan-rekan PPI Swedia diajak masuk ke dalam pabrik dan melihat semua mesin yang terdapat dalam gambar 2.
Gambar 3. PPI swedia berseragam khusus dari Renova |
Masih tentang sampah yang 60% berasal dari industri dan 40% dari
rumah tangga.
Sampah di Swedia benar-benar menjadi komoditas
yang menguntungkan. Dalam istilah sehari-hari dalam bahasa Indonesia, membawa berkah. Kini sampah menjadi komoditas yang diperebutkan karena setiap perusahaan pengolah sampah berusaha mendapatkan sampah sebanyak-banyaknya. Swedia pun mengimpor 800.000 ton sampah setiap
tahunnya dari Negara tetangga, norwegia.
****
Lalu, bagaimana dengan
negara kita, Indonesia?
Data
dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(Bappenas) melaporkan bahwa setiap tahun Indonesia
membutuhkan 122 lapangan Gelora Bung Karno (GBK) untuk menampung sampah karena
TPA-TPA yang ada sudah tidak bisa menampung lagi. Setiap harinya pun 380 kota
di Indonesia memproduksi 80.000 ton sampah. Dalam 10 hari, produksi sampah Indonesia
sudah memenuhi kebutuhan sampah tahunan yang Swedia impor dari Norwegia.
Akankah
Indonesia bisa semaju Swedia dalam pengelolaan sampah?
Mengingat penduduk Indonesia 25 kali jumlah penduduk Swedia,
sewajarnya kita menghasilkan sampah lebih banyak,
dan seharusnya kita bisa menghasilkan
energi lebih banyak. Namun akankah pemerintah
Indonesia mau menaruh perhatian serius terhadap pengelolaan sampah untuk memulai mengedukasi rakyatnya?
****
Setelah
tur selesai, kami melewati sebuah lorong
yang memajang proses tahun demi tahun perkembangan Swedia dalam mengelola sampah.
Ada satu poster yang sekilas mirip kondisi
Indonesia saat ini.
Swedia 1960 = Indonesia 20xx? |
Akankah 53 tahun lagi Indonesia baru bisa seperti Swedia?
Semoga,
kunjungan ini tak berakhir dalam bentuk artikel semata, namun bergulir menjadi sebuah mimpi untuk merubah negeri tercinta.
Borås, 9 Mei 2013
Regismachdy
***
Tulisan ini juga tersedia di http://www.ppiswedia.se/ppi/jenis-artikel/sampah-membawa-berkah-sistem-pengelolaan-sampah-di-swedia
***
Tulisan ini juga tersedia di http://www.ppiswedia.se/ppi/jenis-artikel/sampah-membawa-berkah-sistem-pengelolaan-sampah-di-swedia
Sampah Membawa Berkah: Sistem pengelolaan Sampah di Swedia
Reviewed by regismachdy
on
May 09, 2013
Rating:
1 comment:
bener bgt gis.. aku jadi mikir ttg pemilahan sampah.. Indonesia juga bisa menghasilkan energi kayak gini.. ga melulu mengandalkan batubara dan lainnya...
btw,swedia masih kekurangan sampah ga? tuh sampah di Indonesia masih ngangkrak banyak bgt, diekspor aja ke sana kalau di negara kita ga serius ngolahnya..hahahaha lumayan buat nambah devisa :P
Post a Comment