Hari ini saya berkesempatan mengikuti sesi meditasi bersama
kelompok Muslim Sufi Naqshbandi Mujaddidi. Uniknya, yang mengikuti sesi
meditasi Sufi tersebut ada muslim dari tradisi Sufi, Suni, Syiah, bahkan dari
pemeluk agama lain seperti Buddha dan juga orang yang tidak memeluk agama
apapun. Mereka sangat terbuka terhadap semua orang dan menerima siapapun di
komunitas mereka.
Meditasi dilakukan selama 1 jam dengan mempraktikan silent meditation. Sebelum meditasi dimulai,
Simon, instruktur meditasi di komunitas tersebut, menjelaskan bahwa kami harus
memfokuskan meditasi pada bagian hati / qalb
kami di dada sebelah kiri dan menyebutkan niat dalam hati yang kurang lebih
bermakna “I set my intention to my heart
and my heart set intention to the Holy Essence”. Simon meminta kami
merasakan sensasi yang ada pada qalb
kami yang merupakan titik utama dari 10 titik Lata’if (subtle centres of consciousness) yang bisa
dibayangkan seperti 7 titik chakra pada ajaran Hindu.
Setelah meditasi selesai, kami disuguhi Turkish delight dan
dua gelas penuh air zam-zam karena ada salah satu anggota komunitas yang baru
saja balik dari Saudi Arabia. Kemarin
ada sekitar 11 orang yang mengikuti sesi meditasi. Tujuh orang merupakan
anggota komunitas yang berasal dari Glasgow dan beberapa orang dari Saudi
Arabia. Sedangkan empat orang lainnya merupakan orang-orang baru yang ingin
mencoba termasuk saya dan dua teman dari Indonesia.
Kemudian, saya mengajukan beberapa pertanyaan:
Q: Ketika mendengar
kata sufi, yang ada di kepala saya adalah puisi-puisi karya Rumi dan tarian berputar
(Whirling Dervishes) Bagaimana
sebenarnya sufi itu?
Kemudian Pak Simon menjawab,
A: Yang terkenal di masyarakat memang dua hal tersebut,
tetapi sesungguhnya Sufism jauh lebih
luas dari itu. Tarian berputar adalah tradisi order Sufi lain yang memang
difokuskan untuk mencapai kesempurnaan pada imannya. Tetapi di tradisi kami,
kami tidak melakukan whirling,
melainkan fokus melakukan silent
meditation dan menerima blessing
dari Allah. Kami melakukan meditasi biasanya setelah shalat subuh atau shalat
maghrib, karena pada jam-jam setelah shalat itu terdapat energi yang baik.
Mengenai Rumi, beliau memang sosok yang sangat menganggumkan.
melalui puisi-puisinya, bahkan yang versi terjemahan, kita dapat merasakan
puncak spiritualitas yang dialami Rumi pada masa hidupnya. Tetap Sufi itu luas,
ada banyak tradisi dan cabang-cabangnya. Order-order
atau tradisi yang berbeda berasal dari sheikh
yang berbeda. Dan setiap order harus tau lineagenya.
Q: Apa perbedaan Sufi
dan aliran islam lainnya? karena di Indonesia mayoritas suni…
A: Good question! Kalau boleh saya bilang sebenarnya di
semua aliran islam terdapat bagian yang memperdalam mistisisme jadi bisa
disimpulkan sufi ada di mana-mana. Dan bahkan di setiap agama. Bagi kami,
tradisi mistisime di semua aliran Islam dan bahkan agama lain sebenarnya
bermuara ke satu titik yang sama, yaitu Tuhan, the Holy Essence.
Q: Bapak bilang Sheikh
Sufi jaman dahulu itu menyuruh calon muridnya bertani atau bahkan mengurus babi
selama tiga tahun?
Ya, jaman dahulu memang untuk menjadi seorang Sufi atau
mengasah spiritual dalam diri dibutuhkan proses yang sangat panjang dan tidak
mudah. Seorang guru tidak main-main dalam memilih seorang murid. Ia ingin
memastikan murid tersebut sudah tidak memiliki ego yang tinggi. Maka dari itu Sheikh
jaman dahulu menyeleksi calon murid yang sangat banyak dengan memberikan mereka
tantangan yang dapat menunjukan kualitas mereka sebagai seorang manusia. (Dalam
agama Islam, babi itu haram, tetapi tidak ada larangan untuk memelihara babi,
dan seorang Sheikh menguji ego seorang Muslim yang ingin mengasah batinnya
dengan cara mengurus babi)
Tetapi saat ini, di jaman industri seperti sekarang, manusia
sudah jauh dari hal-hal spiritual. Maka dari itu para guru tidak lagi menantang
calon murid seperti dahulu melainkan mengundang orang-orang yang mau belajar
untuk datang. Kalian-kalian yang baru datang pertama kali ke sini, tentunya
sudah memiliki panggilan spiritual sehingga kita bisa bertemu di sini.
Pertemuan kita sekarang sudah digariskan Tuhan. Dan kami tidak ingin “menyusahkan”
kalian-kalian yang mau belajar sufisme seperti jaman dahulu. Kami membuka diri
kami dan siapapun bisa belajar. Ke depannya, menjadi keputusan kalian apakah
masih ingin terus bermeditasi dan mempelajari Sufisme atau tidak.
Q: Bagaimana cara
bertemu dengan guru? Karena di semua kisah spiritual yang saya baca, kadang
bukan murid yang mencari guru, tapi guru yang mencari murid.
A: Good question. The answer could be simple as “the right person, the right time, and the
right place”. Kalau memang muridnya sudah siap, dia pasti akan dipertemukan
dengan gurunya, entah bagaimana caranya.
Q: Apa yang harus
kami lakukan berikutnya jika benar-benar ingin belajar Sufisme?
A: Coba kontinyu lakukan silent
meditation seperti yang kita lakukan tadi. Fokus pada kalbu dan katakan
intensimu untuk menerima blessing
dari Allah. Bagi yang muslim lakukanlah setelah shalat subuh atau Magrib.
Cobalah rasakan sensasi yang kalian alami di kalbu kalian. Dan setiap kamis,
kita bisa berlatih bersama, karena jika berlatih bersama, satu saja orang
menerima blessing, maka semuanya pun akan mendapatkan berkah tersebut.
---------------------------------------------------------
Tertarik lebih lanjut mengenai Sufi? Tunggu postingan saya
berikutnya!
MEDITASI ALA SUFI NAQSHBANDI MUJADDIDI
Reviewed by regismachdy
on
July 29, 2017
Rating:

No comments:
Post a Comment