![]() |
toughcookiemommy.com |
Tanpa kita sadari
nyinyir dan gosip sudah menjadi hal umum dalam lingkaran dunia sosial kita.
Setiap kali kita
bertemu atau berkumpul bersama teman-teman, sering kali kita membicarakan orang
lain sebagai topik hangat untuk merekatkan kebersamaan. Terdapat sense of in-group
ketika kita membicarakan orang lain di luar kelompok nyinyir kita. Kita pun
merasa aman, karena kita kira semua orang menjelekkan “dia” dan “mereka” di
luar sana. Padahal tanpa kita tahu, setiap orang yang membicarakan orang lain
di depan kita memiliki potensi besar untuk melakukan hal serupa di kelompok
nyinyir yang lainnya.
Rasanya kita seperti
tidak punya cerita. Topik-topik seperti liburan, pengalaman konyol, ide-ide,
mimpi dan cita-cita seakan tidak lebih menarik dibandingkan membicarakan orang
lain.
Di tengah dunia yang
menuntut kita selalu tampil sempurna, mengetahui
keburukan orang lain seolah menjadi obat penenang yang membantu kita untuk
menarik nafas sejenak. Karena kita tahu ada “dia” yang kurang sempurna di luar
sana. Dunia ini menuntut kita berkompetisi menjadi yang terbaik. Rasanya kita
sedang berkompetisi dengan semua orang: untuk memperebutkan jabatan, uang,
prestasi, atau perasaan haru bangga dari orang tua. Membicarakan kelemahan
orang lain adalah suntikan energi yang membuat kita merasa lebih tinggi.
Kita butuh bijak untuk mengakui bahwa setiap dari kita ingin melihat diri ini sebagai orang yang pintar, rupawan, baik, sabar, ramah dan membanggakan. Dalam ruang-ruang imajiner kita membentuk gambaran diri kita yang sempurna dihadapan semua orang. Sayangnya kesempurnaan bukanlah trait manusia. Dan tuntutan sosial untuk menjadi sempurna sering menjatuhkan kita pada pola perilaku nyinyir dan gosip. Dengan membicarkan keburukan orang lain, kita mem-validasi gambaran-gambaran diri kita sebagai yang paling sempurna.
Nyinyir dan gosip juga
kadang kita lakukan karena kita cemburu
pada mereka yang berani berbeda.
Orang-orang yang
berprestasi dan jarang bersosialisi kita panggil “kutu buku”, “ambi” dan “sombong”.
Orang-orang yang dapat
pacar bule kita bilang punya “wajah
pembantu”
Orang-orang yang buka
kerudung atau pindah agama kita beri label “bermasalah”, “ngaco” dan “sesat”.
Ironisnya orang-orang
yang nyinyir kadang tidak memiliki prestasi yang bisa dibanggakan (pada kasus kutu
buku). Atau mereka tidak puas dengan relationship
yang mereka miliki (pada kasus pacar bule).
Atau mereka yang tidak religius dan ibadahnya masih bolong-bolong (untuk kasus
pindah agama). Mereka mendamba prestasi itu, mereka mendamba hubungan romantis
itu, mereka mendamba kebebasan memilih jalan hidup yang sesuai kata hati
mereka. Mereka iri akan keberanian orang-orang itu memilih jalan yang berbeda.
Terkadang nyinyir dan
gosip juga kita lakukan karena kita
tidak bisa menerima kekurangan orang lain. Orang yang sensitif, yang
sedikit lambat berpikir, yang kurang bisa bersosialisasi, yang kulitnya lebih
hitam, yang lebih pendek, yang lebih gemuk, atau orang yang terlalu kurus
sering kali dijadikan bahan bully,
nyinyir dan gosip. Nampaknya susah sekali bagi kita menerima perbedaan. Padahal
jika kita mau sedikit berbesar hati mungkin saja teman kita yang sensitif
memiliki masalah kekerasan rumah tangga, teman kita yang lambat berpikir memang
memiliki IQ di bawah rerata dan teman kita yang kurang bisa bersosialisasi
karena dia memiliki trust issue di
keluargnya.
Kita tak pernah tahu.
Terakhir, kadang
nyinyir dan gossip kita lakukan karena kita
tidak berani jujur pada diri sendiri. Kita tak tahu topik apa lagi yang
bisa diperbincangkan. Kita merasa tidak bisa begitu terkoneksi dengan
teman-teman di grup kita. Kita tidak berani menceritakan isi hati kita,
kelemahan kita, kekhawatiran kita. Akhirnya, topik mengenai keburukan dan
kelemahan orang lain menjadi topik yang paling ‘netral’ dan bisa merekatkan hubungan
pertemanan.
Semoga saja, kita tidak
dijadikan bahan nyinyir oleh mereka-mereka yang sering tertawa bersama di depan
kita.
P.s. bagi saya gosip itu
seperti acara infotainment di TV. Di mana berita belum jelas kebenarannya.
Fakta dicampur opini dan berbagai bumbu. Namun, nyinyir adalah ketika kita
menyampaikan fakta atau gosip dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan
dengan kata-kata seperti “masak dia itu.…. Iiiiihhh….. kao gue sih amit-amit
kayak gitu”
another P.s. nyinyir yang saya maksud di sini nyinyir dalam konteks anak jaman now yang kurang lebih maknanya bis ditemukan di sini http://www.lihat.co.id/arti/gaul/nyinyir.html sedikit berbeda dari befinisi di KBBI.
Silahkan komen di bawah jika ada pendapat! :)
Kenapa Kita Hobi Nyinyir dan Gosip?
Reviewed by regismachdy
on
November 28, 2017
Rating:

No comments:
Post a Comment